Asal Usul dan Legenda Desa Kopandakan II

14 Agustus 2021
Administrator
Dibaca 875 Kali
Asal Usul dan Legenda Desa Kopandakan II

Sampai pada tahun 1700 tidak ada yang mengetahui atau tidak ada bukti tertulis tentang “DESA KOPANDAKAN”. Nanti pada ± tahun 1700, menurut keterangan dari Mantan Sangadi (Kepala Desa) Kopandakan yang bernama SANSAK TOMPUNU (1950-1955), muncullah seorang Kepala Suku yang bernama DADUNGKAT mendirikan sebuah perkampungan yang diberi nama IBULU (1700-1715) yang berpenduduk 265 orang dan mendiami 13 rumah (Gubuk).

Kemudian kampung itu dipindahkan kesebelah Timur dan diganti namanya menjadi IBONGKUDU (1715-1740) dan bertambah penduduk menjadi 320 orang mendiami 22 rumah.

Padatahun 1740 kampung dipindahkan kembali ke sebelah Barat, lalu diganti dengan nama KOBIYO.

Pada tahun 1740–1800 penduduk bertambah menjadi 450 jiwa yang mendiami 45 rumah. Dan pada tahun1800-1815 menjadi 392 penduduk yang mendiami 37 rumah. Hal ini disebabkan oleh perpindahan penduduk (Suku Tuyobong) ke kampung TUNGOI.

Padatahun1815-1860 diganti pimpinan baru yang bernama MAKASA. Beliau merobah perkampungan baru dan diganti dengan nama ILOLUWANG. Sementara itu jumlah penduduk bertambah menjadi 615 orang dan mendiami 73 rumah.

Perlu diketahui bahwa pada tahun 1860 sejumlah 35 orang sudah memeluk agama Islam. Pada waktu itu Kerajaan Bolaang Mongondow sudah dipegang oleh RAJA ADRIANUS CORNELIS MANOPPO (1833-1858).

SULTAN YACOBUS MANUEL MANOPPO adalah raja yang pertama-tama memeluk agama Islam. Itulah sebabnya maka dia digelar SULTAN.

Pada tahun1860-1870 pimpinan Kepala Suku dipangku oleh ONGKING, dan nama perkampungan berubah menjadi ITAPA. Jumlah penduduk bertambah lagi menjadi ± 700 Jiwa yang mendiami 96 rumah. Dari ± 700 orang, 51 orang sudah memeluk agama Islam.

Padatahun1870-1900 pimpinan Kepala Suku dipangku oleh seorang yang kuat, bermental baik serta berani yang bernama SIMBULUDON.

Di zaman Simbuludon ini, rumah-rumah bertambah menjadi 103  yang di diami oleh 860 orang. Karena penganut agama Islam sudah berjumlah 70 orang, maka dibangunlah sebuah LANGGAR (tempat ibadah) di tepi Sungai KOPE. Perlu diketahui bahwa pada zaman Simbuludon, Kerajaan Bolaang Mongondow diperintah oleh RAJA RIEDEL M. MANOPPO (1893–1902) dan berkedudukan di BOLAANG.

Pada tahun1900-1908 perkampungan makin luas sehingga dibahagi menjadi dua yakni Kampung KOBIYO dan Kampung PANTA.

Kampung Kobiyo dipimpin oleh SIMBULUDON dan Kampung Panta’ di Pimpin oleh HUKUNG ANTHONI.

Keadaan kampung seperti gambardibawah ini:

Di zaman Simbuludon dan Hukung Anthoni terjadilah peristiwa pembakaran Kampung oleh seorang pemuda bernama KOGE. Seluruh Rumah Gadang musnah akibat kebakaran itu.

Sebenarnya, pada mulanya orang tidak tahu apa penyebab rumah-rumah itu terbakar. Tetapi tiba-tiba pada suatu hari datanglah seorang pemuda menghadap Kepala Kampung dan memberitahukan bahwa dialah penyebab kebakaran itu.

Orang itu tidak lain bernama KOGE, disuruh oleh seseorang yang selama ini tidak senang kepada Kepala Kampung. Sebenarnya ia hanya membakar rumah neneknya, tetapi api menjalar ke segala penjuru.

Koge berbuat demikian karena jika ini berhasil, maka Koge akan dipersuntingkan dengan seorang gadis cantik keturunan bangsawan. Oleh karena janji yang ditunggu-tunggunya tidak kunjung tiba, maka rahasia itu dibocorkannya .

Perlu diketahui bahwa antara tahun 1900-1908 ini ada beberápa catatan penting antara lain:

  1. Tahun 1901 bangsa Belanda pertama kali menginjakan kakinya masuk ke Bolaang Mongondow menuju Kotamobagu. Pada pertengahan tahun 1901, tibalah Kapal Zwaluw di Pelabuhan Bolaang mengantar rombongan Controleur yang terdiri dari :
  2. Controleur A. C. Veenhuyzen dan Nyonya;
  3. Europeesh Gelykgested Klerk Mangindaan dan Nyonya;
  4. Jaksa Lumanauw (kemudian menjadi H. B.Tou) dan Nyonya;
  5. Sersan Mayor Prajurit Vanden Brock;
  6. Klerk Lefrandt dan Nyonya;
  7. Empat lusin Gewapend – politie ( orang – orangMinahasa );
  8. Opas – opas dan calon – calon Jurutulis, serta
  9. Sekian banyak orang-orang rantai, Orang-orang Cina totok Akhirnya Raja RIEDEL M. MANOPPO jemput Controleur dan berdirilah Kotamobagu
  10. Tanggal 20 Agustus 1906 sekolah Zending didirikan di Kopandakan.
  11. 1908 Penanaman Kelapa masa pemerintahan Sangadi Uyun Tungkagi

Padatahun 1908 – 1910 kampung Kobiyo’ – Panta’ digabung menjadi satu dan diberi nama KOPE’, dibawah pemerintahan Sangadi UYUN TUNGKAGI. Dia diganti oleh ALI OLII yang memerintah dari tahun 1910-1911.

Perkembangan kampung selanjutnya menjadi 140 buah rumah, 1.006 orang penduduk yang terdiri dari 185 orang beragama Islam, 78 orang beragama Kristen dan sisanya beragama Kafir.

Pada tahun 1911 Kampung KOPE di rubah namanya menjadi Kampung KOPANDAKAN. Keadaan Kepala Kampung (Sangadi) dari tahun 1911-1915  adalah sebagai berikut: Kinompol Walang (1911–1912), Mobiling Gonibala (1912-1913).

Di zaman Pemerintahan Kinompol Walang dan Mobiling Gonibala, jumlah rumah menjadi 169, Jumlah Penduduk 1.200 orang yang terdiri dari :470 orang Islam, 197orang Kristen dan sisanya beragama Kafir.

Mobiling Gonibala diganti oleh Bobuyongki Makalalag (1913-1914). Jumlah rumah menjadi 141, dengan  jumlah penduduk 1.259 orang, 690 orang Islam, dan 280 orang Kristen.

Bobuyongki Makalalag diganti oleh Anggai Manoppo (1914–1915). Di zaman Anggai Manoppo, jumlah rumah 204 buah. Penduduk yang beragama Islam 900 orang dan yang beragama Kristen 240 orang.

Keadaan Kepala Kampung (Sangadi) pada tahun 1915– 1925 adalah sbb :

  1. Bobuyongki Makalalag ( 1915 – 1917 ),
  2. Muhama Mokoginta ( 1917 – 1918 ),
  3. Lauseng Lamaluta ( 1918 – 1923 )
  4. Regen Manoppo ( 1923 – 1924 )
  5. Bahansubu C. Manoppo ( 1924 – 1925 )
  6. Losik Lobud ( 1925 – 1943 )

Salah seorang Sangadi yang dianggap sangat Progresif dan Kapabel adalah LOSIK LOBUD yang memerintah agak lama yakni dari tahun 1925 – 1943 (18 tahun).

Beliau kawin dengan Bua’ Aimbo Ch. Manoppo putri dari Abo’ Danda Christoffel Manoppo, mantan penghulu di Districk Kotabunan. Losik Lobud sangat berjasa dalam segi Pembangunan Mental, Spiritual dan Sarana.

Pada tahun 1926 Sangadi Losik Lobud memimpin pengalasan jalan raya dengan batu kerikil dari Kampung Bungko menuju Kampung Mopait. Dan pada tahun 1927 menjadi Pelopor Pembangunan Mesjid yang sangat indah di zaman itu.

Sangadi Losik Lobud digantikan oleh Sangadi Pogopat U. Kombo (1944–1945)  dan Sangadi Ulod Pilis Manoppo (1945 –1946). Pogopat U. Kombo adalah Mantan Sangadi Kampung Poyowa Kecil dan Ulod P. Manoppo Mantan Sangadi Kampung Kobo’ Besar.

Sangadi-sangadi sesudah Ulod Pilis Manoppo yaitu:

  1. Saladin Herman Cornelis Manoppo ( 1947 – 1950 )
  2. Lobu Datundugon (Juli s/d September 1950 atau ± tiga bulan)
  3. Sansak Tompunu( 1950 – 1955 )
  4. Tubuon Lobud( 1955 – 1963 )
  5. Dugian M. Dungkalang( 1963 – 1970 )
  6. Kasim Otton ( 1970 – 1979 )
  7. Ibrahim P. Sugeha ( 1979 – 23Maret1987 )
  8. Puling Gonggalang ( 1987 – Agustus1988 )
  9. Djola T. Lobud ( 1988 – 1991 )
  10. Okoli L. Dadea ( Oktober1991 – 1992 )
  11. Marsidi Kadengkang ( 1992 – 30April1996 )
  12. Okoli L. Dadea ( 1996 – 2Desember1998 )

Lahirnya Desa Kopandakan II

Pada zaman Sangadi Okoli L. Dadea sebagai Pejabat Sementara untuk kedua kalinya, Desa Kopandakan dibagi menjadi Kopandakan I dan Kopandakan II.

Kopandakan II dimekarkan berdasarkan surat keputusan (SK) Gubernur Nomor 46 Tahun 1996, tertanggal 04 Maret 1996 dengan status sebagai desa persiapan.
Setahun kemudian, tepatnya 21 April 1997, Desa Kopandakan II disahkan sebagai desa definitif berdasarkan SK Gubernur Sulut Nomor 68 Tahun 1997 tentang pengesahan desa persiapan menjadi desa definitif.

Kopandakan I dipimpin oleh Marsidi M. Kadengkang dan KopandakanII oleh Okoli L. Dadea sampai 2 Desember1998. Kemudian setelah Sangadi Okoli L. Dadea memimpin pembangunan desa Kopandakan, beberapa kegiatan seperti membuat Lapangan Olahraga, membangun Mesjid, membangun Balai Desa serta membuat lorong–lorong di dalam desa, serta menyelenggarakan pemilihan Sangadi Baru. Tanggal 2 Desember 1998 Sangadi Okoli L. Dadea menyerahkan pimpinan kepada Sangadi (Sangadi Definitif) bernama NASRUN POPITOD.

(Sumber : Cuplikan Sejarah Desa Kopandakan, Penulis: H. MANOPPO, Mantan Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Bolaang Mongondow dan Disalin kembali sebagaimana aslinya oleh Tim RPJMDes Desa Kopandakan II ).

Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image